Nemo Trapped In A Net

Rabu, 01 Desember 2010

Tangis dan Air Mata

Sahabat......... Ada masanya kita diuji dengan tangis dan air mata kesedihan...
Ada kalanya kita dianugerahi pula tangis dan air mata bahagia...
Alhamdulillah 'Alaa Kulli Haal....

Sahabat......... Zulaikha ingin berbagi cerita...
Dari hamba nan dlo'if ini, terkadang lebih sering mengeluh menghadapi masalah.... (yang datang silih berganti, belum selesai satu masalah, eeeeeeee...... Subhanallah sudah ditantang dengan masalah yang baru, yang bahkan lebih berat...)
Berharap Rabbul 'Izzati permudah segala urusan kita... Allahumma amien...

Kenyataan terkadang  memang sulit kita terima.... Amsal kita bisa menerima pun pahit rasanya....
Kenyataan memang tak mudah....
Kenyataan bahkan mengingkari harapan-harapan kita....
Kenyataan terkadang membunuh impian kita....
(Allahu A'lam, Wa Nahnu Laa Na'lam.....)

Memang sikap nrimo harus tetap ada dalam jiwa...
Sahabat..............
Allah tak letih mendengar keluh kesah kita....
Allah tak bosan melihat kita tengadahkan hasta......

Biar saja kenyataan pahit,
Biar saja kenyataan sakit,
Biar saja kenyataan membangunkan kita dari angan yang meruntuhkan iman.......

Sahabat........... Zulaikha pun pernah menangisi kenyataan pahit....
Namun Allah kembali peringatkan, bahwa Zulaikha harus segera bangkit....

 Sahabat................ hidup ini indah meski singkat...
Kita persilakan waktu menjawab impian....
Kita hadapi kenyataan dalam bingkai keikhlasan dan iman....
ALLAHU GHOOYATUNAA

(Yang lalu biarlah berlalu..................)







Menjadi Guru yang Dirindu

 Apakah Kita Guru yang Dirindu.......?

Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Bahkan baik buruknya anak, sangat tergantung dari usaha orang tuanya. Salah satu usaha yang dilakukan oleh orang tua adalah memilihkan sekolah dan guru bagi anak-anaknya. Pilihan ini sangat menentukan bagi pendidikan anak.

Rasulullah Saw bersabda:
“.............maka kedua orang tuanya yang akan menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi.."
Oleh karena itu, orang tua wajib memilihkan guru dan sekolah terbaik bagi pendidikan anak-anaknya. Di antara syarat menjadi guru yang sukses dalam mendidik dan mengajar adalah:
1.    Memiliki sikap keikhlasan dalam mendidik. Keikhlasan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan proses pendidikan. Berapa banyak guru yang keilmuannya pas-pasan tetapi karena keikhlasan yang dimilikinya, menjadikan nasihat-nasihatnya diterima oleh anak didiknya. Hendaknya para guru meneladani para nabi dan Rasul dalam mendidik umatnya, mereka semua menyatakan:
“Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu. Upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.”
(sahabatku, mari kita lihat QS. Asy Syu’araa: 109, 127, 145, 164, 180)

2.  Memiliki kemampuan di bidangnya, dan menguasai metode yang bagus dalam penyampaian materi (yakni menguasai cara menguasai cara mengajarkan materi, seperti cara menanamkan aqidah, teknik mengajarkan Al Qur’an dan sebagainya), serta mencintai tugasnya serta sangat bersungguh-sungguh memberikan pendidikan yang terbaik. Dia memberi tambahan pengetahuan yang bermanfaat, mengajarkan akhlak yang baik, serta menjauhkan siswa dari kebiasaan yang jelek. Maka dia adalah seorang guru sekaligus sebagai pendidik.

3.   Menjadi teladan bagi orang lain dalam ucapan dan perilakunya. Baik yang berkenaan hubungannya dengan Allah Ta’ala atau dengan sesama makhluk. Senang jika kebaikan itu ada mereka, sebagaimana dia senang hal itu ada pada dirinya sendiri dan anak-anaknya. Pemaaf; dan apabila memberi hukuman, maka dia adalah seorang yang penuh kasih sayang.

4. Konsekuen antara ucapan dengan perbuatan. Dia mengerjakan apa yang diperintahkan kepada murid dan menjauhi apa yang diperingatkan kepada murid, bahkan berkenaan dengan masalah akhlak dan adab, ataupun dalam perkara , perbuatannya meneyelisihi ucapannya.

5.     Seorang guru hendaknya memahami bahwa kedudukannya terhadap para murid adalah seperti kedudukan  seorang ayah terhadap anak-anaknya dalam kasih sayang dan kecintaan serta dalam menyelesaikan permasalahan. Seorang guru harus menyadari betapa besarnya tanggung jawab terhadap Allah Ta’ala. Apa yang sudah diajarkan kepada murid-muridnya?
Apakah sudah maksimal usaha yang dilakukan untuk memudahkan murd-muridnya dalam memahami pelajaran?
Apakah sudah memberikan pengarahan dan petunjuk yang benar?

6.    Seorang guru yang sukses senantiasa berbicara kepada murid-muridnya dengan bahasa yang sesuai dengan kadar pemahaman anak didiknya. Berkata Aisyah Radhiyallahu’anha, “Hendaknya kalian mengukurnya dengan penilaian anak kecil”(Bukhari dan Muslim)

7.     Seorang guru dengan segala kemampuan dan kelebihannya harus menyadari bahwa dia hidup di antara para murid yang memiliki kondisi yang berbeda, baik dari sisi kecerdasan, akhlak, dan latar belakang pendidikan. 

8.     Jujur dan menepati janji.
“Wajib bagi kalian untuk jujur, karena kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke surga... dan janganlah kalian berdusta, karena kedustaan akan menunjukkan kepada kejelekan, dan kejelekan akan mengantarkan ke neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedustaan akan menghilangkan kepercayaan pada murid.
(sahabat, yuk kita saling ingatkan...)

9.    Bersabar dalam menghadapi kesulitan dan permasalahan, baik berkenaan dengan para murid atau pembelajaran. Karena kesabaran merupakan penolong terbesar bagi seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Still Remember sahabatku............
Allah telah berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.” (QS AL Baqarah, 45)

10. Memahami bahwa tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan ke otak para murid. Tetapi lebih dari itu, yakni mendidik dengan sempurna, membersihkan murid dari aqidah yang batil dan perilaku yang madzmumah yang dapat merusak agamanya.

Sahabat........... satu lagi yang utama, ikhlas memang tidak mudah..... tetapi tidak sulit kita lakukan, jika kita tetap berusaha, saling mengingatkan dan menasihati....
Ikhlas dalam mendidik jundiy Allah, tanpa menjadikan harta/ gaji sebagai prasyarat semangat..... 

Keep Istiqomah........
                 

Guruku...


Kamis, 25 November 2010
Kepada Yth.
Ibu Guru
di
Nusantara

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Bu,
Aku bukan murid sempurna. Bukan murid impian semua guru. Aku bandel, pemberontak, Bukan gadis sempurna, yang duduk diam, dengar apa kata gurunya. Ibu begitu baik. Mau sabar menghadapiku. Mau dengar apa saranku. Mau mengerti aku. Mau melihat masalah-masalahku dari ’kacamata anak-anak’-ku. Untuk pertama kalinya dalam dua belas tahun hidupku, aku merasa dihargai. Merasa diperlakukan sebagai seseorang, bukan sesuatu. Dan untuk pertama kalinya, Ibu membuatku sadar bahwa aku istimewa. Sekolah memang bukan surga. Bukan tanah para peri. Bukan tempat di buku-buku cerita. Bukan tempat di mana semua impian jadi nyata dengan begitu mudah, aku harus kerja keras. Tapi Ibu menguatkanku, meyakinkanku bahwa aku pasti bisa. Meyakinkanku bahwa aku selalu bisa. Membuatku percaya bahwa aku dapat mengatasi segalanya. Mengajariku hal-hal yang tak pernah kutahu. Memberitahuku hal-hal ajaib yang ada di dunia ini. Mengajariku bahwa di dunia ini, ada namanya angka-angka, dan berbagai fakta itu, kadang buat aku kebingungan. Menyulitkan, tapi aku tahu Ibu akan selalu membuatnya jadi mudah. Aku tahu Ibu akan selalu ada di sampingku. Aku tahu Ibu tak akan pernah meninggalkanku sendirian. Aku tahu, bahwa aku bisa percaya pada Ibu.

Bu,
Ibulah Daedalus, sang tokoh dalam mitologi para Yunani, yang membuatkan sayap dari halaman-halaman buku dan lelehan lilin, untuk putranya Icarus,agar ia bisa terbang dan mengejar matahari. Icarus memang jatuh. Jatuh dan mati. Tapi aku tahu bahwa aku tak akan bernasib sama. Karena Ibu bukan hanya Daedalus. Ibu adalah sayap-sayap itu, sepasang sayap yang tak akan membiarkanku jatuh.Aku tak hanya akan mengejar matahari. Aku tak hanya akan menangkap bintang-bintang. Aku akan menjadi bintang itu sendiri, agar ibu tahu, ada satu bintang yang bersinar karena Ibu, bersinar hanya untuk Ibu.Bahwa bintang yang berkelap-kelip di atas sana itu, tak akan ada jika bukan karena Ibu. Aneh bukan? Bagiku mempercayai orang lain adalah sesuatu yang sulit. Maka, aku tak pernah bisa ’benar-benar percaya’ kepada seseorang. Tapi Ibu berbeda. Aku dapat dengan mudah mempercayai Ibu. Karena Ibu tak pernah menyerah menghadapiku. Ibu tak akan pernah pudar. Dan aku tahu bahwa ibu juga percaya padaku.

Bu,
Aku hanya ingin bilang terima kasih. Terima kasih karena sudah sabar menghadapiku. Terima kasih karena sudah mau dengar apa saranku. Terima kasih karena sudah mengerti aku. Terima kasih karena sudah mau melihat dari sudut pandangku, dari kacamata buram seorang anak kecil. Terima kasih karena sudah membuatku percaya pada Ibu. Terima kasih karena sudah menjadi sayap yang membawaku terbang, dan menangkapku, ketika aku jatuh.Tapi aku juga ingin minta maaf. Karena surat ini, telah ditulis dari mata seorang bocah dua belas tahun. Tanpa kalimat-kalimat para penyair. Tanpa puji-pujian setinggi langit biru di atas kepala kita. Karena ini surat dariku. Surat seorang bocah dua belas tahun, yang hanya ingin berterimakasih pada gurunya.

Bu,
Maafkan aku ya, Bu. Karena aku bukan murid sempurna, putih tanpa dosa. Karena aku, telah berjuta kali membuatmu lelah, membuatmu bingung dan putus asa.
Aku ingin buat Ibu bangga. Aku ingin Ibu melihatku, satu hari nanti, dan berkata, ”Itulah muridku.”
Dan Ibu akan tersenyum, tersenyum karenaku, dan melambai padaku dengan caramu. Menatapku dengan sorot mata itu, sorot mata yang mengatakan ’aku bangga padamu’ ketika aku akhirnya meraih puncak tertinggi.
Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Ibu telah mengajariku itu dari dulu. Ibu memberitahuku bahwa tak ada cita-cita yang terlalu tinggi. Jika aku memanjat dan belum sampai juga ke cita-citaku, boleh kan aku pakai tangga, Bu?

Bu,
Aku janji. Kalau nanti aku berhasil jadi dokter, itu semua karena Ibu. Jadi Ibu tinggal datang ke klinikku dan bilang namaku, dan aku akan mengobati Ibu dengan senang hati (Tentu lebih baik kalau Ibu sehat selalu, tapi aku akan tetap pegang janjiku).
Karena tanpa Ibu, aku tak akan jadi siapa-siapa, tak akan mungkin bisa menulis surat ini.
Meski aku bukan murid sempurna. Bukan murid impian semua guru. Meski aku bandel, pemberontak,
Bukan gadis sempurna, yang duduk diam, dengar apa kata gurunya.
Magister bonus habeo.
Aku punya guru yang sempurna.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabaraakatuh

Muridmu,
Farah Anindya Maharani

(Subhanallah......... Sahabat, bersama kita tilik goresan pena dari saudari kecil kita Farah Anindya Maharani, yang mungkin memiliki karakter sama dengan anak-anak didik di tempat kita mengajar. Di Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah umum, maupun di Universitas. Adakalanya kita menjumpai Farah, Farah yang lain..... Yang kita anggap bandel, kita bilang nakal, kita sebut bodoh (masyaallah......... jangan sampai keluar dari mulut kita ucapan yang demikian...) Karena sesungguhnya tiada murid yang NAKAL dan BODOH..... Allah menciptakan makhluknya dalam keadaan yang sempurna.......

Sahabat, ada masanya kita letih, kita bosan, terkadang kita habis akal untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didik. Suasana belajar yang memanusiakan mereka, suatu kondisi belajar yang tidak menganggap mereka robot, yang tidak berbangga hati menyebut diri kita sebagai remot control-nya.  

Tapi apakah kita pernah menanyakan kepada mereka, "Bagaimana suasana hati mereka saat itu, sudahkah siap dan ikhlas-kah untuk belajar bersama kita di hari ini?" Tanpa kita sadari, kita memaksa mereka... mau tak mau, siap tak siap..... (sahabat.............. sungguh, terkadang kita egois...) 
Tiada heran jika baru lima menit belajar, kepala lunglai di atas meja, mata terantuk, bahkan untuk menghilangkan kantuk  gelak tawa senda gurau pun menjadi pilihan utama dibanding mendengar ceramah guru yang dirasa takkan ada akhirnya....

Sahabat......  "Guru bak pelita, penerang dalam gulita"...... Mari kita berproses menjadi guru penerang (meski kita tak seperti surya yang sempurna, setidaknya kita berusaha  menghadirkan cahaya dari terbatasnya ilmu yang kita punya.......) Bersama kita tuntun Farah, Farah di sekitar kita, menjadi Farah yang bercita-cita, menjadi Farah yang punya jati diri...........  (bidznillah.....)

Sahabat, hanya dengan kesabaran segalanya akan menjadi lebih baik..... Sabar mendidik, sabar menemani belajar, sabar mendoakan mujahid-mujahidah kita menjadi Sang Surya........... (meski kita, para pendidiknya tak seterang Sang Surya....) Sudah menjadi janji bakti kita sebagai teman belajar para peserta didik dan membersamai mereka dalam surga pendidikan yang subhanallah indah.....

Goresan jemari Farah mewakili luapan asa, cita, dan doa yang terlafaz dalam kalbunya... Semoga mampu menggugah ghirah kita untuk bangun dari tidur panjang kita. Kita percikkan semangat juang dalam dada, untuk menjadi penerang bagi anak didik kita. Menjadi guru yang dirindu......


Guru bak pelita,
Penerang dalam gulita,
Jasamu tiada tara......
(teruntukmu Sang Guruku.............)










Selasa, 30 November 2010

Taman Zulaikha

Taman Zulaikha
Coba sahabat lihat, dari kesederhanaan rumah bambu yang dikelilingi pohon nan asri ini, semoga mampu membawa inspirasi, berkontemplasi imaji, bersama menyimpulpadukan tali ukhuwah...
meskipun berbekal kesederhanaan... namun insyaallah erat sarat manfaat....

Subhanallah........... Rabb Yang Maha Memudahkan setiap urusan hambaNya....
Blog ini saya hadirkan agar sahabat sudi mampir, bertukar ilmu, berbagi pengalaman...
Saya berharap agar Taman Zulaikha nan sederhana ini mampu menjadi laman istirahat dikala penat, tempat teduh dikala rehat..........

Blog ini Zulaikha hadirkan untuk menggantikan blog lama di Wordpress... semoga manfaat..
 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More